Agar bisa berhasil, pasangan suami istri butuh komunikasi yang terbuka, jujur, dan lancar.
Tak ada hubungan pernikahan yang serupa di antara pasangan mana pun, namun pada umumnya, hubungan suami istri tersebut akan melewati tahapan-tahapan yang sudah ditebak. Pewaktuannya bisa berbeda, dan cara tiap pasangan menghadapinya pun bisa berbeda, tetapi dengan memahami tahapan-tahapan tersebut, bisa membantu Anda selangkah lebih maju untuk mengupayakan agar hubungan pernikahan Anda berhasil. Berikut adalah tahapan-tahapan yang menurut Rita DeMaria, Ph.D., terapis pernikahan dan keluarga, akan dihadapi oleh pasangan suami istri:
1. Bulan Madu
Biasanya, tahun pertama hingga ketiga (tergantung hadirnya si kecil, serta di mana Anda hidup sebelumnya), adalah periode "emas" yang penuh dengan gairah, fokusnya lebih intens kepada sifat ketertarikan yang membuat satu sama lain memutuskan untuk bertukar ikrar di depan Sang Maha.
Tantangannya: Level ini dipenuhi dengan hal-hal manis, seperti gairah yang membuncah, afeksi, dan malam-malam yang sibuk berduaan. Akan sangat bijaksana jika Anda dan pasangan menggunakan masa-masa manis ini upaya menguatkan ikatan kasih Anda di luar ranjang. Tanyakan "seperti apakah Anda dan dia sebagai pasangan?" Luangkan waktu bersama si dia untuk membicarakan visi Anda dan dia sebagai suami istri ke depannya.
2. Mulai menetap
Ini adalah tahapan yang dijuluki sebagai "tahapan realisasi" oleh DeMaria. Di tahapan inilah Anda akan mempelajari mengenai kelebihan, kelemahan, dan kebiasaan personal si pasangan. Di tahapan sesudah bulan madu, dan sebelum hadirnya si kecil inilah seringkali terjadi tarik-ulur kekuatan terjadi, saat Anda dan dia saling mengutarakan keinginan untuk mencapai gol-gol hidup yang sejalan atau yang saling berlawanan.
Tantangannya: Saat masa-masa manis itu mulai memudar, dan realitas mulai menelisip, Anda harus mulai mengamankan diri, dan menjaga dari hal-hal yang bisa mengakibatkan perceraian di usia perkawinan muda, jelas Beverly Hyman, Ph.D., penulis How to Know If It’s Time to Go: A 10-Step Reality Test for Your Marriage. Ia juga menekankan, "Setelah beberapa tahun, banyak pasangan menemukan bahwa nilai-nilai dan gol hidup mereka tidak selalu sejalan".
3. Keluarga
Tahun-tahun para pasangan mencoba membangun keluarga, membeli rumah, membangun atau mengubah karier, dan mencoba menjalani hidup modern yang sibuk dan menggila bisa menjadi waktu yang berbahaya, ujar Hyman. "Anda bisa saja memiliki beberapa orang anak, tagihan rumah, hingga pekerjaan yang menyita waktu, hal-hal semacam inilah yang menimbulkan tekanan berat di hubungan pernikahan Anda.
Tantangannya: "Perhatikan baik-baik pernikahan Anda," saran Hyman. Jangan berasumsi bahwa hubungan Anda akan baik-baik saja jika salah satu dari Anda berada dalam mode autopilot. "Hal-hal yang esensial untuk membangun hubungan antara lain; keterbukaan, kejujuran, dan komunikasi yang lancar," tambahnya. Berikan kesempatan untuk diri Anda dan dia berkomunikasi, jika memang harus, jadwalkan waktu untuk bisa berkomunikasi dengan santai, atau rencanakan malam berkencan.
4. Hanya Anda dan dia
Anda dan dia sudah mengarungi bahtera rumah tangga sekian tahun, anak-anak pun sudah tumbuh dewasa dan siap terbang. Dengan menjadi sepinya rumah, beberapa orang menyebut kondisi ini dengan tahapan "sarang kosong". Harapannya tidak benar-benar sedramatis itu. Dalam skenario harapan, tahapan ini akan menjadi waktu untuk reuni dengan si suami. "Anda kembali mengenal satu sama lain dari ulang lagi, membuka memori, dan bersenang-senang menjalaninya."
Tantangannya: Berasumsi bahwa Anda sudah melampaui masa-masa sulit di pernikahan, tahapan ini akan menjadi hal yang sangat menyenangkan. Banyak pasangan merasa kesulitan untuk bisa berduaan lagi dengan pasangannya ketika sudah tak lagi ada hal yang bisa dipikirkan. Coba luangkan waktu untuk melakukan hal yang bisa Anda dan dia lakukan bersama, atau mencari kesibukan baru lainnya.
5. Anda berhasil!
Anda sudah menikmati gairahnya, hidup dengan cinta, dan berhasil mengarungi ombak masalah keluarga dan masih terus bersama. Anda sudah mencapai fase yang disebut DeMaria "kelengkapan". Fase yang sudah memasuki tahap akhiran, ketika anak sudah dewasa, dan kini kembali Anda dan dia berdua, tetapi masih saling menikmati kehadiran satu sama lain.
Tantangannya: Teruskan untuk saling menunjukkan afeksi dan atensi. Ingat, ujar Hyman, jika Anda tetap saling mencintai dan mengasihi sambil tetap menjaga keharmonisan hubungan, sarang yang kosong itu tak akan lama lagi kembali ramai. Anak-anak dan cucu akan kembali lagi ke kehangatan Anda dan suami.
Di berbagai masa: Ledakan
Salah satu hal yang patut diwaspadai adalah fase ledakan-ledakan yang bisa datang kapan saja di waktu-waktu tertentu. Ketika poin-poin penyebab stres terbesar dalam hidup mengganggu alur hidup Anda berdua, seperti masalah kesuburan, kematian anggota keluarga, penyakit berat, atau kehilangan pekerjaan yang mengakibatkan pergolakan ekonomi keluarga yang luar biasa.
Tantangannya: Carilah dukungan, baik bersama atau terpisah, tergantung situasi. Jangan merasa bahwa Anda harus memiliki kekuatan untuk mengatasi masalah sendirian, hal ini bisa mengorbankan pernikahan Anda. Carilah nasihat dari teman, keluarga, konselor agama, atau terapis profesional. "Jangan lupa untuk terus memerhatikan kesehatan fisik dan emosional Anda,.
0 komentar:
Posting Komentar
JANGAN CUMA LIHAT DOANK GAN!!
TINGGALIN JUGA KOMENTAR KAMU...OKE!?