Yosua memerintahkan Matahari berhenti
Oleh: R.A. Torrey
Bagi para penyelidik Alkitab salah satu kesukaran terbesar di dalam Alkitab terdapat dalam cerita yang ditulis dalam Yosua 10:12-14, "Lalu Yosua berbicara kepada Tuhan pada hari Tuhan menyerahkan orang Amori itu kepada orang Israel, is berkata di hadapan orang Israel: 'Matahari, berhentilah di atas Gibeon dan engkau bulan, di atas lembah Ayalon!' Maka berhentilah matahari dan bulan pun tidak bergerak, sampai bangsa itu membalaskan dendamnya kepada musuhnya. Bukankah hal itu telah tertulis dalam Kitab Orang Jujur? Matahari tidak bergerak di tengah langit dan lambat-lambat terbenam kira-kira sehari penuh. Belum pernah ada hari seperti itu, baik dahulu maupun kemudian, bahwa Tuhan mendengarkan permohonan seorang manusia secara demikian, sebab yang berperang untuk orang Israel ialah Tuhan."
Bishop Colenso menulis sebagai berikut: "Mujizat Yosua merupakan peristiwa dalam Alkitab yang paling bertentangan dengan ilmu pengetahuan." Orang yang tidak percaya dan para kritikus yang ingin menjatuhkan Alkitab mengatakan bahwa cerita ini tidak mungkin benar; sebab seandainya matahari tidak bergerak sebagaimana yang dikatakan dalam Alkitab, maka seluruh alam semesta ini akan kacau balau.
Tidak ada seorang pun yang dapat mengatakan benar tidaknya pernyataan ini. Itu hanya dugaan saja. Tetapi Allah yang menciptakan bumi, matahari dan seluruh alam semesta ini tentu saja akan dapat memelihara semuanya sekalipun matahari tidak bergerak, atau tepatnya sekalipun bumi tidak bergerak pada sumbunya sehingga matahari nampaknya tidak bergerak. Tetapi kalau kita teliti bagian akhir ayat 13, di situ dikatakan bahwa "matahari lambat-lambat terbenam". Jadi bukan berhenti sama sekali melainkan hanya bergerak dengan lambat.
Lagi pula, kata Ibrani yang diterjemahkan dengan "di tengah langit" sebenarnya berarti di bagian langit yang menaungi separuh dari bumi ini. Langit itu terbagi menjadi dua bagian, bagian yang dapat kita lihat dan bagian lain yang hanya dapat dilihat dari belahan bumi sebelah sana. Jadi apa yang diminta Yosua ialah agar matahari berlambat-lambat sehingga tetap tampak di langit yang menaungi belahan bumi yang satu, dan dalam kitab Yosua memang tertulis bahwa itulah yang dilakukan matahari itu.
Jadi apa yang dikatakan dalam cerita itu ialah bahwa matahari terus berada atau berhenti di atas cakrawala yang dapat kita lihat, "kira-kira sehari penuh". Rupa-rupanya pada hari itu di dekat Gibeon, di lembah Ayalon, terjadi suatu peristiwa yang biasanya terjadi di Kutub Utara selama beberapa hari setiap tahun yaitu matahari dapat dilihat terus selama 24 jam penuh.
Kita tidak diberitahu dengan cara bagaimana hal ini dilaksanakan. Mungkin ujung poros bumi menurun sedikit atau mungkin ada refraksi sinar terang atau dengan cara lain yang tidak dapat diduga. Pasti tidak perlu ada tabrakan di dalam alam semesta sebagaimana yang dibayangkan oleh orang-orang yang menentang Alkitab.
Mengenai apakah hal itu benar-benar terjadi atau tidak, itu merupakan soal sejarah. Tetapi sejarah yang dapat kita anggap otentik, yaitu buku Yosua, mengatakan bahwa hal itu benar-benar terjadi. Fakta yang sangat mengherankan ialah kita juga mendapatkan keterangan yang sama di dalam sejarah di luar Alkitab. Herodotus, ahli sejarah Yunani yang terkenal, mengatakan bahwa imam-imam Mesir menunjukkan kepadanya sebuah catatan mengenai suatu hari yang panjang. Dari tulisan-tulisan Cina kuno kita mengetahui bahwa ada hari yang panjang yang pernah terjadi dalam masa pemerintahan Kaisar Yeo, yang diperkirakan hidup sezaman dengan Yosua. Orang-orang Meksiko juga mempunyal catatan yang mengatakan bahwa matahari tetap bersinar sehari penuh dalam tahun yang diperkirakan sama dengan tahun ketika Yosua berperang di Palestina. Tidak ada alasan yang benar-benar kuat untuk membuktikan bahwa tidak ada hari seperti itu. Jadi berdasarkan penyelidikan yang teliti, anggapan bahwa peristiwa itu merupakan "peristiwa dalam Alkitab yang paling bertentangan dengan ilmu pengetahuan" ternyata sama sekali tidak benar. Alkitab ternyata tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan maupun dengan sejarah.
Biar
bagaimanapun peristiwa ini
merupakan suatu mujizat, tetapi orang yang benar-benar percaya kepada
Allah yang
adalah Pencipta alam semesta, Allah yang terbukti telah membangkitkan
Yesus
Kristus dari antara orang mati, tidak akan mengalami kesukaran untuk
percaya
akan mujizat. Kita percaya kepada Allah yang melakukan
mujizat.
Tertahannya Matahari bagi Nabiyullah Yusa’
DR. Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar
Para panglima berusaha mengumpulkan bala tentara
sebanyak yang
mereka mampu untuk menghadapi musuh. Mereka mengira bahwa salah satu
sebab
kemenangan di medan perang adalah kuantitas. Lain halnya dengan
Nabiyullah
Yusa’. Allah membuka tanah suci lewat tangannya untuk Bani Israil
setelah Musa
‘alahis salam. Yusya' tidak mementingkan jumlah besar dalam menghadapi
musuh.
Dia lebih memperhatikan kualitas pasukan perangnya. Oleh karena itu, dia
menyortir bala tentaranya dan prajurit-prajurit yang hati mereka
tertambat dengan urusan dunia yang telah memenjarakan hati
mereka.
Rasulullah menyampaikan kepada kita bahwa Yusya'
berperang dengan bala tentara tersebut untuk melawan penduduk sebuah
kota. Dia
khawatir malam tiba sebelum kemenangan diraih di tangan. Dia pun memohon
kepada
Allah supaya menahan matahari, maka Dia menahannya sampai kemenangan
terwujud.
Itu adalah salah satu ayat Allah. Allah juga menunjukkan ayat-Nya yang
lain,
melalui tangannya manakala terungkap orang-orang yang menggelapkan
rampasan
perang dan Allah memurkai mereka.
Teks Hadis
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dalam Shahih
masing-masing dari Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah bersabda, “Salah
seorang Nabi berperang. Dia berkata kepada kaumnya, ‘Jangan mengikutiku
orang
yang menikahi wanita sementara dia hendak membangun rumah tangga
dengannya dan
dia belum membangunnya dengannya, dan tidak juga seorang yang membangun
rumah
tapi belum melengkapi atapnya. Tidak pula orang yang telah membekali
kambing
atau unta betina yang bunting sementara dia menunggu kelahirannya.'
Lalu nabi itu berperang. Dia mendekati sebuah desa pada waktu shalat
ashar
atau dekat waktu ashar. Maka dia berkata kepada matahari,
'Sesungguhnya kamu diperintahkan dan akupun diperintahkan. Ya Allah,
tahanlah
matahari untuk kami.' Matahari tertahan dan mereka meraih kemenangan.
Lalu dia mengumpulkan harta rampasan perang. Maka
datanglah
api untuk melahapnya tetapi ia tidak bisa memakannya. Nabi itu berkata,
'Ada di
antara kalian yang menggelapkan harta rampasan perang, hendaknya dari
masing-masing kabilah ada satu orang yang membaitku.' Maka tangan
seorang
laki-laki menempel dengan tangannya dan dia berkata, 'Kalian
menggelapkan
rampasan perang.' Maka mereka datang menyerahkan emas sebesar kepala
sapi.
Mereka meletakannya lalu datanglah api dan memakannya. Kemudian Allah
menghalalkan harta rampasan perang bagi kita. Dia mengetahui kelemahan
dan
ketidakmampuan kita, maka Dia menghalalkannya untuk kita."
Takhrij Hadis
Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari dalam Kitab
Fardhul Khumus,
bab sabda nabi, “Dihalalkan harta rampasan perang bagi kalian.” (6/220,
no.
3124). Diriwayatkan oleh Bukhari secara ringkas dalam Kitab Nikah, bab
orang
yang hendak berumah tangga sebelum perang, 9/223, no. 5157. Diriwayatkan
oleh
Muslim dalam Kitabul Jihad Was Siyar, ba penghalalan harta rampasan
perang,
3/1366, no. 1747. ia pun terdapat di dalam Syarah Shahih Muslim
An-Nawawi,
12/409.
Penjelasan Hadis
Rasulullah menyampaikan kepada kita bahwa salah
seorang
nabiyullah berperang untuk membuka sebuah desa. Nabi ini adalah Yusya’
bin Nun,
salah seorang nabi Bani Israil. (Hadis shahih menyatakan hal itu
diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnadnya. Lihat
Fathul Bari, 6/221). Dia ini telah menyertai Musa
dalam
hidupnya. Dia menemani Musa dalam perjalanannya kepada Khidhir
sebagaimana telah
dijelaskan dalam kisah Musa dan Khidhir. Allah memberinya wahyu setelah
Musa
wafat dan Musa mengangkatnya sebagai penerusnya di Bani Israil. Dialah
pemimpin
yang berkat jasanya tanah suci bisa direbut kembali.
Nabiyullah Yusya’ pada saat persiapannya menuju
kota yang
hendak ditaklukkan dia berusaha agar pasukannya menjadi pasukan yang
kuat dan
tangguh. Oleh karenanya, dia menyortir prajurit-prajurit yang bisa
menjadi biang
kekalahan, karena hati mereka lebih disibukkan oleh perkara dunia yang
membelenggu hati dan pikiran mereka. Yusya’ mengeluarkan tiga kelompok
prajurit
yang tidak dizinkan untuk pergi berperang.
Kelompok pertama adalah orang yang
telah
berakad nikah tetapi belum menyentuh isterinya. Kelompok ini tidak
diragukan pastilah sangat tergantung hatinya dengan
istrinya,
lebih-lebih jika dia masih muda.
Kelompok kedua adalah orang yang sibuk membangun
rumah dan
belum menyelesaikan bangunannya.
Kelompok ketiga adalah orang yang membeli unta
atau domba
bunting sementara dia menantikan kelahirannya.
Prinsip yang dipegang oleh nabi ini menunjukkan
bahwa dia
adalah panglima yang unggul, pemilik taktik jitu dalam memimpin dan
menyiapkan
bala tentara sehingga kemenangan bisa diwujudkan. Prajurit tidak menang
dalam
jumlah besarnya, akan tetapi dengan kualitas. Ini lebih penting daripada
jumlah
dan kualitas.
Oleh karenanya, Yusya’ mengeluarkan orang-orang
yang
berhati sibuk dari pasukannya, yaitu orang-orang yang
badannya di
medan perang, tetapi pikirannya bersama istri yang belum disentuhnya
atau rumah
yang belum diselesaikannya atau ternak yang ditunggu kelahirannya.
Apa yang dilakukan oleh Yusya’ ini mirip dengan
apa yang
dilakukan oleh Thalut ketika melarang pasukannya untuk minum dari sungai
kecuali
orang-orang yang menciduk air dengan tangannya. Saat itu sedikit dari
mereka
yang minum. Thalut telah membersihkan pasukannya dari unsur-unsur
pelemah yang
menjadi titik kekalahan.
Allah telah menyampaikan kepada Rasul-Nya bahwa
mundurnya
orang-orang munafik di perang uhud mengandung kebaikan bagi orang-orang
mukmin,
“Jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka
tidak
menambah kamu selain dari kerusakan belaka, dan tentu mereka akan
bergegas maju
ke muka di celah-celah barisanmu, untuk mengadakan kekacauan di antara
kamu;
sedang di antara kamu ada orang-orang yang aAmat suka mendengarkan
perkataan
mereka. dan Allah mengetahui orang-orang yang zalim.” (At-Taubah:
47)..
Dengan pasukannya Yusya’ berangkat ke kota yang
hendak
ditaklukkannya. Dia mendekati kota itu pada waktu ashar di hari yang
sama. Ini
berarti kesempatan untuk membuka kota itu tidaklah banyak karena
berperang di
malam hari tidaklah mudah dan bisa jadi hari itu adalah hari Jum’at. Dia
harus
menghentikan perang begitu matahari terbenam. Karena berarti itu
memasukai hari
Sabtu dan perang di hari Sabtu hukumnya haram bagi Bani Israil. Maka dia
harus
mundur dari kota itu sebelum merebutnya, dan ini berarti memberi peluang
kepada
penduduk kota untuk memperkuat pasukannya, memperbaiki
benteng-bentengnya, dan
menambah kekuatan senjatanya. ‘Yusya’ menghadap matahari dan
berkata kepadanya, “Kamu diperintakan aku juga diperintahkan.”
Kemudian
Yusya’ berdoa kepada Allah, “Ya Allah, tahanlah ia untuk kami.” Allah
mengabulkan permintaannya dan menunda terbenamnya matahari
hingga
kemenangannya diwujudkan.
Iman Yusya’ begitu besar. Dia yakin kodrat Allah
di atas
segala sesuatu. Dia mampu memanjangkan siang sehingga kemenangan bisa
diraih
sebelum terbenamnya matahari. Urusan seperti ini tidak
sulit bagi
Allah, dan kita mengetahui pada hari ini bahwa siang dan
malam
terjadi karena berputarnya bumi mengelilingi dirinya. Dan sepertinya,
-ilmu yang
sebenarnya berada di sisi Allah- perputaran bumi berjalan
lambat
dengan kodrat Allah hingga kemenagan terwujudkan.
Allah tidak menghalalkan harta rampasan perang
bagi umat
manapun sebelum kita. Harta rampasan perang dikumpulkan,
lalu
api turun dari langit dan membakarnya jika tidak
seorangpun dari
pasukan yang menggelapkannya. Jika harta rampasan perang ada yang
digelapkan,
maka api menolak untuk melahapnya. Ini berarti Allah tidak ridha kepada
mereka.
Harta rampsan perang dikumpulkan, api pun turun
tetapi
tidak memakan apapun. Maka Yusya’ berkata, “Di antara
kalian ada
yang menggelapkan harta rampasan perang.” Untuk membongkarnya Yusya’
menyuruh
masing-masing kabilah mengirimkan satu orang untuk membaitnya. Maka
tangannya
menempel lengket di tangan orang yang berasal dari kabilah yang
menggelapkan
harta rampasan perang. Yusya’ membait anggota kabilah itu satu persatu.
Tangannya lengket dengan tangan dua atau tiga orang, dan Yusya’ berkata,
“Penggelapnya ada pada kalian.” Akhirnya mereka
mengeluarkan
sebongkah emas besar dalam bentuk kepala sapi dan
diletakkan di
antara harta rampasan lain. Api turun dan memakannya. Hukum ini telah
mansukh(dihapus) bagi kita sebagai
rahmat
dari Allah kepada kita dan karunia-Nya. Dan dihalakannya harta rampasan
perang
merupakan salah satu kekhusuan atas umat ini.
Versi Taurat
Terdapat Safar
yang panjang dalam Taurat yang
bernama
Safar Yusya’. Hanya saja, nama yang
tertulis
padanya adalah Yasyu’. Ini adalah nama Ibrani yang berarti Yehofa
Khalash, dan
Yehofa dalam Yahudi adalah salah satu nama Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Buku kamus
Al-Kitabul Muqaddaas menyebutkan dengan mengambil
dari
Taurat, bahwa di beberapa tempat, nama Yasyu’ pada dasarnya
adalah
Husya’ atau Hausya’, dan bahwa Musalah yang memanggilnya Yasyu’. Yasyu’
adalah
pengganti Musa. Dia pertama kali sebagai pelayan Musa. Dalam hidupnya
Musa
menugaskannya untuk mengurusi sebagian perkara-perkara besar.
(Kamus Al-Kitabul Muqaddas, hlm. 1068). Taurat
menyebutkan
dalam Safar yang dinisbahkan kepada Yusya’ bahwa
Bani
Israil masuk Palestina setelah Musa wafat dengan dipimpin
oleh
Yasyu’. Di sana terdapat banyak perincian tentang cara
masuk mereka, perang-perang yang mereka jalani dengan
pimpinan
Yasyu’, dan kemengan-kemengan yang mereka raih.
Disebutkan di Ishah ke
tujuh dala
Safar Yasyu’ tentang kisah penggelapan yang
dilakukan oleh
sebagian Bani Israil, bagaimana Yusya’ membongkar orang-orang yang
melakukan
penggelapan, dan penentuan siapa yang menggelapkan. Akan tetapi, yang
disebutkan
di dalam hadits lebih teliti daripada dalam Taurat. Hadis menjelaskan
bahwa Yusya’ membongkarnya dengan berjabat tangan seperti yang
ada di
dalam hadits dan ini tidak dijelaskan dalam Taurat.
Taurat menyebutkan bahwa pelaku penggelapan
hanyalah
seorang, sementara hadis menyatakan dua atau tiga orang.
Taurat
juga menyebutkan bahwa seorang laki-laki menggelapkan baju Syinari yang
mahal,
dua ratus Syaqil perak dan lidah emas seberat lima puluh Syaqil. Padahal
yang
benar adalah bahwa harta yang digelapkan adalah kepala
sapi dari
emas seperti dalam hadis.
Taurat menyebutkan di Ishah
kesepuluh di Safar Yusya’ tentang ditahannya
matahari
untuk Yusya’. Hal itu dijelaskan dalam Safar
tersebut
point 12-13, “Ketika itu Yusya’ berbicara kepada Tuhan pada hari
ketika Tuhan menyerahkan orang-orang Umuriyyin di depan Bani Israil. Dia
berkata
di depan Bani Israil, ‘Wahai matahari, tetaplah kamu di atas Jab’un dan
rembulan
di atas lembah Ailun. Maka matahari berhenti dan rembulan juga berhenti,
sehingga rakyat bisa membalas musuh-musuhnya. Bukankah ini tertulis
dalam
Safar Yasyir? Matahari berhenti di tengah langit
dan ia
tidak terbenam selama hampir satu hari penuh.”
Nash Taurat ini harus
ditimbang
kebenarannya dengan kacamata hadis. Yusya’ tidak memerintahkan matahari
untuk
berhenti, tetapi dia berdoa kepada Allah agar menahannya
untuknya.
Matahari tidak berada di tengah-tengah langit, tetapi ia telah condong
untuk
terbenam karena doa Yusya’ pada waktu Ashar atau sesudahnya.
Ada hal lain yang harus dikoreksi,
yaitu
penyelewengan yang terjadi pada Taurat. Taurat menyebutkan dalam
Ishah kesepuluh bahwa peperangan di
mana
matahari ditahan untuk Yusya’ terjadi setelah perang yang melibatkan
penggelapan
harta rampasan perang. Yang benar dan sesuai dengan hadis adalah bahwa
keduanya
terjadi di dalam satu peperangan.
Di antara penyimpangan yang terjadi pada Taurat
adalah
bahwa Taurat menyebutkan Bani Israil menyimpan harta rampasan perang
dalam
perang Ariha di Baitur Rab, baik itu emas atau perak atau bejana
kuningan atau
besi, dan itu dengan perintah Allah kepada mereka. Harta yang digelapkan
dibakar
oleh Bani Israil bersama laki-laki yang menggelapkannya beserta
putra-putrinya,
keledainya, kambingnya, tendanya dan seluruh hartanya.
Adapun harta rampasan perang setelah itu, maka
Ishah kedelapan poin 2 dalam Safar
Yasyu’
menyebutkan bahwa Tuhan membolehkannya bagi mereka. Nashnya,
“Hanya
saja harta rampasan perangnya. Ternak-ternaknya ambillah ia untuk diri
kalian.”
Poin 27 dalam Safar yang sama, “Akan tetapi
ternak dan harta rampasan perang kota itu diambil
oleh
Bani Israil untuk diri mereka berdasarkan firman Tuhan yang
diperintahkan kepada
Yasyu’.”
Yang disebutkan di atas termasuk penyelewengan
yang
menimpa Taurat tentang harta rampasan yang tidak dihalalkan kepada umat
sebelum
kita. Api datang, maka ia memakan harta rampasan perang yang terdiri
dari
perabotan, pakaian, emas, dan perak sebagaimana hal ini ditetapkan oleh
banyak
dalil shahih. Salah satunya disebutkan oleh Rasulullah dalam hadis ini.
Beliau
saw. memberitakan bahwa api yang turun dari langit menolak memakan harta
rampasan perang jika terjadi penggelapan. Baru ketika penggelapan itu
dibongkar
dan diletakkan bersama harta rampasan lainnya, maka turunlah api yang
membakarnya. Tidak benar jika yang membakarnya adalah Bani Israil.
Kalaupun
pelaku penggelapan harta rampasan perang boleh dibakar sebagai hukuman
atasnya,
maka bukanlah termasuk keadilan jika istrinya, anak-anaknya dan
ternaknya pun
ikut dibakar, seperti yang diklaim oleh para penyeleweng Taurat.
Pelajaran-Pelajaran dan
Faedah-Faedah Hadis
1.
Peperangan yang dilakukan oleh Yusya’ dengan diikuti
oleh
Bani Israil menunjukkan bahwa berperang telah diwajibkan atas umat-umat
sebelum
umat ini. Bukan khusus bagi kita saja. Allah telah menghukum Bani Israil
dengan
kesesatan selama empat puluh tahun manakala mereka menolak berperang
melawan
orang-orang yang sombong.
2.
Firman Allah ini menunjukkan bahwa para Nabi dalam
jumlah
yang besar telah berperang, “Dan berapa banyak nabi yang berperang
bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikutnya yang bertaqwa.”
(Ali
Imran: 146). Firman Allah menunjukkan kewajiban berperang atas Bani
Israil,
“Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah
Nabi
Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka,
"Angkatlah untuk
kami seorang raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan
Allah".
Nabi mereka menjawab, "Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan
berperang,
kamu tidak akan berperang". mereka menjawab: "Mengapa Kami tidak mau
berperang
di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari anak-anak
kami?".
Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, merekapun berpaling,
kecuali
beberapa saja di antara mereka. Dan Allah Maha mengetahui siapa
orang-orang yang
zalim.” (Al-Baqarah: 246).
3.
Hadis ini membimbing pemimpin agar tidak
menyerahkankan
tugas-tugas besar kepada orang-orang di mana hati mereka sibuk dengan
perkara
yang menghalangi mereka untuk menunaikannya.
4.
Pengendalian prajurit memerlukan ilmu tentang
tabiat-tabiat
jiwa dan pemilihan kualitas yang memungkinkannya untuk bersabar di medan
perang,
serta membuang unsur penyebab kekalahan pasukan sebagaimana yang
dilakukan oleh
Yusya’.
5.
Hadis ini mengandung ayat yang nyata dan mukjizat
mengagumkan yang menunjukkan kodrat Allah dan dukungan-Nya kepada
rasul-rasul-Nya, serta pertolongan-Nya kepada mereka dalam tugas-tugas
yang
dibebankan atas mereka. Di antaranya adalah menahan matahari dan
memanjangkan
siang, sehingga para pasukan bisa meraih kemenangan. Allah juga
menunjukkan
kabilah di mana penggelapan terjadi padanya, termasuk para pelaku
penggelapan,
sebagaimana telah disebutkan dalam hadis.
6.
Harta rampasan perang diharamkan
atas
umat-umat sebelum kita. Dan Allah memberkan kekhususan kepada umat ini
dengan
menghalalkanya bagi mereka.
7.
Dosa menggelapkan harta rampasan perang. Api tidak
mau
membakar harta rampasan di mana padanya terjadi penggelapan. Rasulullah
telah
menyampaikan bahwa seorang laki-laki menggelapkan selimut, maka ia
membakarnya
di kuburnya. Orang yang menggelapkan harta rampasan perang, maka dia
akan
memikulnya di hari kiamat.
8.
Pada Bani Israil terdapat orang-orang shalih yang
berjihad
fi sabilillah. Allah membantu dan memberi mereka kemenangan.
9.
Walaupun Yusya’ telah membersihkan pasukannya dari
unsur
lemah di mana kekalahan mungkin terjadi melalui mereka, tetap saja
tersisa
orang-orang lemah iman pada pasukannya, yaitu orang-orang yang
menggelapkan
harta rampasan perang.
10.
Hadis ini mengoreksi sebagian
penyimpangan dalam Taurat.
0 komentar:
Posting Komentar
JANGAN CUMA LIHAT DOANK GAN!!
TINGGALIN JUGA KOMENTAR KAMU...OKE!?